9MUsII5GqZPsi8kBHW4w0KdPjCwnYgtOYfziXq0r

Laporkan Penyalahgunaan

Cari Blog Ini

STOP STIGMATISASI KASUS COVID 19

Pemberitaan Seputar Stigmatisasi Kasus COVID-19
Pemberitaan Seputar Stigmatisasi Kasus COVID 19


11 Maret 2020 WHO menetapkan Coronavirus Disease atau yang kita kenal dengan COVID-19  sebagai Pandemi. Tidak hanya peningkatan kasus yang melonjak drastis tetapi kasus telah melebar dan menyebar ke berbagai negara di belahan dunia. Tingginya tingkat penyebaran virus dari manusia ke manusia mengakibatkan kasus baru terus bertambah dengan cepat. Korban meninggalpun berjatuhan. Secara statistik tingkat kematian akibat COVID-19 masih rendah jika di bandingkan dengan SARS atau MersCoV sekitar 3%. Tetapi angka 3% menjadi menakutkan jika dikalikan dengan tingginya angka kesakitan akibat mudahnya penularan C0VID-19. Tetapi tingkat kematian ini sangat bergantung kepada banyak faktor terutama sumber daya, fasilitas pelayanan kesehatan serta kecepatan dan ketepatan penanganan. Dibeberapa negara angka kematian COVID-19 bahkan mencapai 8%.


Kenyataan yang dialami dunia, dimana setiap hari kasus terus meningkat, angka kematian terus bertambah bahkan negara-negara majupun ikut lumpuh akibat serangan Corona mengakibatkan munculnya ketakutan bagi semua orang. Memang pada awalnya masih banyak yang menyepelekan karena informasi mengenai COVID-19 masih sedikit. Munculnya anggapan COVID-19 termasuk penyakit yang bisa sembuh sendiri atau self limiting disease, bisa dicegah dengan rajin cuci tangan, dan menjaga jarak tapi pada kenyataannya??? tidak semudah itu. 


Data menunjukkan bahwa kasus dengan gejala berat bahkan berakibat fatal ternyata tidak hanya terjadi pada kelompok usia tua dengan komorbid saja tetapi juga mengenai usia muda, tenaga medis dan paramedispun banyak yang menjadi korban. Situasi ini mulai membuat orang-orang mulai overthinking dan cemas melihat situasi yang ada.


Ketakutan akan tertular menjadi sesuatu yang wajar, tidak ada yang ingin tertular karena kita tidak tahu reaksi tubuh akan seperti apa terhadap virus corona. Apakah antibodi tubuh akan mampu melawan dan menang atau sebaliknya. Semua orang pasti ingin selamat dari pandemi ini. Tetapi segala sesuatu menjadi tidak wajar saat manusia mulai kehilangan nurani, simpati, dan akal sehat dalam memandang situasi.


Tiba-tiba Corona menjadi stigma di masyarakat. Satu pasien positif terdeteksi pemberitaan menjadi heboh, biodata lengkap pasien tersebar melalui jejaring sosial. Pandangan sinis masyarakat terhadap pasien dan keluarganya menjadi begitu menakutkan, pengucilanpun terjadi. Hal ini hampir terjadi diseluruh wilayah Indonesia. Pemberitaan dan cerita mengenai stigmatisasi ini mulai banyak bermunculan. Pemberitaan di media ceta, elektronik dan media masa mengisahkan banyak kesedihan dan kepiluan. Jika dibaca sangat miris, menyedihkan, dan serba salah jika dilihat dari kedua belah pihak. Sebenarnya ini terjadi dikarenakan masih sedikitnya informasi akurat yang diterima oleh masyarakat mengakibatkan banyaknya hoaks yang tersebar.


Pemberitaan tidak hanya tentang pasien dan keluarganya yang dikucilkan, dokter, perawat dan petugas rumah sakit juga terkena imbasnya. Ada perawat yang diusir dari kos-kosan, ada dokter yang tidak boleh pulang ke rumah oleh warga setempat. Tidak kalah miris jenazah yang di tolak berkali kali untuk di makamkan.


Kita memang dianjurkan menjaga jarak, tetapi jangan sampai kebablasan, kita boleh tidak berinteraksi bahkan memang dianjurkan untuk tidak terlalu dekat dengan siapapun apalagi dengan ODP dan orang-orang yang memiliki peluang besar untuk menularkan, tapi tidak sampai mengusir mereka dari lingkungan. 


Harusnya kita bahu membahu untuk melawan Corona, saling peduli, saling menjaga, saling perhatian dengan sesama. Harusnya kita melindungi mereka yang berstatus ODP, atau PDP yang sedang mengisolasi diri, bantu mereka supaya mereka bisa tetap makan tanpa keluar rumah dan tidak menjadi penular bagi yang lain, cukupi kebutuhan gizinya agar mereka bisa segera sembuh. Kita bisa menaroh makanan, vitamin, madu atau bentuk suport lainnya di pagar rumah mereka atau di pintu kosan mereka agar mereka merasakan kepedulian dan kasih sayang sesama. Kita juga bisa ikut memantau mereka agar tidak keluar rumah. Yang sakitpun harus tahu porsinya isolasi 14 hari harus benar-benar dipatuhi. Jaga diri agar tidak menularkan kepada yang lain.


Petugas medis dan paramedis, mereka adalah pahlawan kita saat ini. Dimana jiwa kemanusiaan kita yang tega mengusir mereka. Harusnya kita memberikan dukungan untuk mereka agar mereka tetap sehat, tetap kuat agar mereka tetap bisa melayani dengan sepenuh hati. Harusnya sebagai tetangga, sebagai sesama manusia kita wajib mendoaakan mereka, membantu mereka jika kita memiliki kelebihan. Kita bisa mengirimi mereka makanan, buah buahan karena mungkin mereka tidak sempat lagi kemana-mana karena sibuk melayani di garda depan.


Jenazah pasien Covid 19 sudah diperlakukan sesuai SOP, penyelenggaraan jenazah diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan menjadi penularan bagi yang lain. Bahkan secara teorinya virus tidak akan hidup dan berkembang di inang yang mati. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Dimana nurani kita saat melihat keluarga pasien yang ditimpa musibah harus bertambah kalut karena ulah orang-orang yang tidak punya hati melarang pemakaman. Bayangkan apa yang di rasakan keluarga yang ditinggalkan???


COVID-19 adalah penyakit yang bisa menimpa siapapun, penularannyapun sangat mudah. Ini bukan penyakit akibat tindakan asusila. Jangan memandang hina penderitanya. Jauhi penyakitnya tetapi bukan orangnya. Agar Pandemi ini bisa berakhir kita tidak bisa hidup seperti ini, kita harus saling menjaga dan lebih perhatian lagi dengan lingkungan sekitar. Beberapa orang akan sangat sulit memperoleh pendapatan karena situasi memang tidak seperti biasa. PHK mungkin akan terjadi dimana-mana. Saatnya kita bergerak, saatnya kita berbuat. 


Yang memiliki kelebihan bisa membantu yang berkekurangan. Yang sehat bisa mendukung yang sakit. Yang sakit harus membatasi diri jangan menjadi penular bagi yang lain. Yang dirumah bisa menyemangati yang berjuang. Yang berjuang bisa memberikan pelayanan yang terbaik untuk merawat yang sakit.  Semua bisa kita lakukan tentu tetap dalam kaidah yang di anjurkan yaitu menjaga jarak, menggunakan masker dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Kita bisa menggunakan jasa pengiriman sehingga membantu mereka tetap memiliki pendapatan. Kita bisa saling menanya kabar dengan memanfaatkan teknologi, sehingga silaturahmi tetap terjaga. Bahkan dengan berdiam diri dirumahpun menjadi bentuk bantuan kita untuk sesama dan untuk negeri kita tercinta ini


Mari kita lawan stigma

Mari kita berjuang bersama

Semoga badai Corona segera berlalu

Sehat untuk kita semua

Sehat Indonesiaku



Related Posts
Epidemiolog Muda
Forum berbagi informasi seputar dunia kesehatan dan epidemiologi

Related Posts

Related Posts

2 komentar

  1. Semoga pandemi ini cepat selesai agar para pelajar bisa kembali bersekolah seperti biasa

    BalasHapus