Info Penting Tuberkulosis (TB) |
Penyakit Tuberkulosis atau yang dikenal dengan penyakit TB merupakan penyebab kecacatan dan kematian utama di sebagian besar negara di dunia. TB Paru menyerang sepertiga dari 1,9 miliar penduduk dunia, dan setiap tahunnya terdapat 8 juta kasus baru TB Paru. Angka kematian TB Paru setiap tahunnya di dunia mencapai 3 juta orang, yang artinya 6 orang meninggal setiap menitnya karena TB Paru. Oleh sebab itu penting untuk kita semua mengetahui informasi dasar seputar penyakit TB agar bisa melakukan upaya pencegahan dan pengendalian di lingkungan masing-masing.
PENGERTIAN
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium tuberculosis ini, menyebabkan kerusakan terutama pada paru, menimbulkan ganggun berupa batuk, sesak napas, bahkan dapat menyebar ke tulang, otak, dan organ lainnya. Bila dibiarkan, kuman ini dapat menggerogoti tubuh dan menyebabkan kematian
GEJALA
Gejala utama penderita TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti oleh gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fidik, demam meriang lebih dari 1 bulan.
Gejala seperti TB ini juga bisa dijumpai pada pasien selain TB, seperti bronchitis kronis, asma, dll. Mengingat prevalensi TB di Indonesia masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut dianggap sebagai tersangka TB. Pasien tersangka TB wajib dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis.
PENULARAN
Penularan tuberkulosis terjadi jika ada penderita positif TB dan memiliki kuman dengan jumlah yang cukup untuk menularkan dan biasanya penyebaran kuman yang terjadi di udara lewat percikan dahak /droplet. Droplet yang mengandung kandungan kuman tuberkulosis. Biasanya hal ini bisa dbertahan di udara paling tidak selama beberapa jam. Droplet yang banyak mengandung kuman kemudian akan masuk terhirup oleh orang lain. Dan jika kuman ini sudah masuk dan menetap tinggal di dalam paru orang yang menghirupnya, maka kuman akan mulai membelah dirinya dan akan terjadi suatu infeksi dari satu orang ke orang yang lainnya.
DIAGNOSA
Diagnosa TB Paru pada remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman BTA. Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosa utama. Pemeriksaan lain seperti photo thorak, biakan, dan uji kepekaan dapat digunkan sebagai penunjang hasil diagnosa sepanjang sesuai dengan indikasinya.
a. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan digunakan untuk menegakkan diagnosa, menilai keberhsilan pengobatan, dan menentukan potensi penularan. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif jika sedikitnya dua dari tiga spesimen sewaktu-pagi-sewaktu BTA hasilnya positif.
- S (Sewaktu)
- P (Pagi)
Dahak dikumpulkan di ruah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot di bawa diserahkan sendiri kepada petugas di unit pelayanan kesehatan
- S (Sewaktu)
Dahak dikumpulkan pada hari ke dua saat menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan Biakan
Peranan biakan dan identifikasi TB dan penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi yaitu TB yang masuk dalam tipe pasien kronis. Pasien TB ekstra paru dan pasien TB anak, petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
c. Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes ristensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai dengan standar internasional, dan telah mendapatkan pemantapan mutu (Quality Assurance)
d. Foto Toraks.Rontgen
Diagnosa foto toraks atau pemeriksaan radiologi tidak terlalu dianjurkan. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut :
- Hanya satu dari tiga specimen dahak SPS hasil BTA positif. Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnose TB paru BTA positif
- Ketiga specimen dahak hasilnya tetap negative da tidak ada perbaikan setelah pemberian non OAT.
- Pasien diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang memerlukan penanganan khusus dan pasien yang mengalami hemoptisis berat.
STRATEGI NASIONAL PENGENDALIAN TB
Ada tujuh strategi pengendalian TB di Indonesia diantaranya yaitu :
- Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS tang bermutu
- Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR TB, TB anak dan kebutuhan masyarakat miskin dan renta lainnya
- Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela), perusahaan dan swasta melalui endekatan pelayanan TB terpadu pemerintah dan swasta (Public Private Mix) dan menjamin kepathan terhadap standar internasional penatalaksanaan TB
- Memberdayakan masyarakat dan pasien TB
- Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem kesehatan dan manajemen program pengendalian TB
- Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB
- Mendorong penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan informasi strategis
KEGIATAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN TB
a. Tatalaksana TB paripurna
- Promosi Tuberculosis
- Pencegahan Tuberkulosis
- Penemuan pasien Tuberkulosis
- Pengobatan pasien Tuberkulosis
- Rehabilitasi pasien Tuberkulosis
b. Manajemen program TB
- Perencanaan program pengendalian Tuberkulosis
- Monitoring dan evaluasi program pengendalian Tuberkulosis
- Pengelolaan logistic program pengendalian Tuberkulosis
- Pengembangan ketenagaan program pengendalian Tuberkulosis
- Promosi program pengendalian Tuberkulosis
c. Pengendalian TB konprehensif
- Penguatan layanan laboratorium Tuberkulosis
- Public-Private Mix Tuberkulosisi
- Kelompok rentan, pasien DM, ibu hamil, gizi buruk
- Kolaborasi TB-HIV
- Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB
- Pendekatan praktis kesehatan paru
- Pengendalian terpadu pengendalian TB reisiten obat
- Penelitian Tuberkulosis
PENEMUAN KASUS TB
Penemuan pederita TB paru dipengaruhi oleh sistem pelayanan kesehatan dan peran serta masyarakat. Untuk meningkatkan penemuan penderita diupayakan memperbaiki mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan. Penemuan pasien TB merupakan langkah pertama dalam program penanggulangan TB. Penemuan kasus dan angka kesuksesan pengobatan akan menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB. Strategi penemuan penderita TB adalah sebagai berikut :
- Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif. Penjaringan tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan, didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB.
- Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga yang menderita TB yang menunjukan gejala yang sama harus dilakukan pemeriksaan dahak.
- Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah tetapi ini dianggap tidak cost efektif.
Menurut Kemenkes RI seseorang dianggap sebagai tersangka TB jika memiliki gejala klinis seperti batuk berdahak selama dua sampai tiga minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan seperti dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.
Mengingat prevalensi TB Paru di Indonesia masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan baik RS, Puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan swasta apabila menunjukan gejala diatas maka dianggap sebagai tersangka TB dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
Thank udah share gann, smoga slalu dlam keadaan sehat..
BalasHapusSemoga artikelnya bermanfaat gan
Hapus